Pada gambar jelas terlihat , sampai dengan tahun 2007
AKI mengalami penurunan. Malah meningkat pda tahun 2012 dan semakin jauh dari
target mdgs. Namun uniknya ditemukan fakta lain bahwa terjadinya lonjakan AKI
ini dibarengi dengan perbaikan beberapa
indikator yang mempengaruhi AKI secara langsung
Berdasarkan diagram diatas. cakupan k1 dan k4 (kunjungan Hamil), persalinan di tolong nakes , dan KF 3 (kunjungan nifas) secara keseluruhan mengalami peningkatan.Lalu pertanyaannya mengapa aki masih saja tinggi?
Ada nya peningkatan ini masih sebatas pada beberapa faktor yang mempengaruhi AKI , sdangkan faktor faktor lain masih belum menampakkan perkembangan yang signifikan. Mungkin juga pencapaian faktor faktor tersebut yang masih belum merata. Faktor faktor apa saja yang menyebab kan AKI di Indonesia masih tinggi. Menurut saya pribadi berdasarkan kuliah dan telaah pustaka antara lain
1.
Usia pernikahan dini yang masih tinggi
Berdasarkan data
BKKBN tahun 2012 dalam Kajian pernikahan dini pada beberapa provinsi di
indonesia didapatkan fakta bahwa, Indonesia termasuk negara dengan persentase
pernikahan usia muda tinggi di dunia (ranking 37). Tertinggi kedua di ASEAN
setelah Kamboja (BKKBN,2013)
2.
Kurang berhasilnya desain program
kependudukan dan keluarga berencana (KKB)
Aspek
kependudukan inilah yang berkontribusi mendorong terjadinya peningkatan AKI.Tingginya
laju pertumbuhan penduduk didorong tingginya
Total Fertility Rate (TFR) atau angka kelahiran total perempuan usia
produktif sebesar 2,7. Tingginya TFR secara tidak langsung akan menyebabkan
tingginya jumlah persalinan di Indonesia.
3.
Pelayanan Kesehatan ibu meliputi
(kehamilan, persalinan, dan nifas) yang belum optimal
Pelayan ini meliputi
kualitas pelayanan ANC, pelayanan oleh tenaga kesehatan, pelayanan di fasilitas
kesehatan, serta pelaksanaan puskesmas poned dan RS Ponek.
4.
Sosial budaya
Sosial budaya
Indonesia sendiri sangat berpengaruh khususnya bias gender yang masih sangat
kental di Indonesia. Hal ini berakibat tidak adanya hak ibu akan reproduksinya
. Hak ibu untuk hamil atau tidak, hak ibu untuk mengambil keputusan akan
dirinya, akan kehamilannya, akan persalinannya dll.
5.
Kemiskinan
Menurut saya
Kemiskinan merupakan salah satu akar masalah dari banyak masalah di Indonesia .
Miskin sebagai penyebab dari Kelaparan, kekurangan gizi , buruknya tingkat
pendidikan , yang akhirnya memberikan dampak yang lebih luas seperti tingkat
kesakitan tinggi, tingkat mendapatkan akses atau pelayanan kesehatan rendah ,
dan masih banyak lagi
6.
Gizi
Kehamilan
persalinan dan nifas dalam prosesnya sangat dipengaruhi oleh gizi . Gizi yang
buruk seperti KEK , ANEMIA , kurang zat mikro seperti zat besi, asam folat
tentunya akan berdampak pada kondisi ibu. Mula nya saat kehamilan . Gizi yang
buruk dapat menyebabkan perkembangan kehamilan yang buruk , adanya kelainan
kongenital, adanya IUGR , dan lain lian.
7.
Pendidikan
Salah
satu keberhasilan pencegahan kematian ibu terletak pada ketepatan pengambilan keputusan
pada saat terjadinya komplikasi. Untuk itu tingkat pendidikan baik pada ibu
maupun keluarga tentang Kehamilan dan komplikasi seputar kehamilan persalinan
dan nifas menjadi penting.
Sebenarnya program di indonesia untuk menurunkan AKI sudah cukup baik saya rasa. Namun permasalahan sebagian besar ada pada implementasinya ( klasik ya, programnya bagus . tidak diimbangi dengan pelaksaannya). Karena pada dasarnya masalah AKI merupakan masalah yang kompleks. Dalam penyelesaiannya tidak hanya mencakup satu bidang . Bagaimana masalah AKI ini bisa tuntas apabila rakyatnya saja masih miskin, pendidikan nya rendah. Kalaupun program dirancang begitu bagus , usaha pemerataan tenaga kesehatan di desa terpencil , pembangunan polindes di smua wilayah namun bila tidak didukung dengan sarana air bersih, listrik, distribusi obat dan alkes . Pelaksanaan pelayanan kesehatan ibu tidak akan maksimal . Misal lagi kalaupun prasarananya sudah sangat bagus bila transportasi tidak mendukung , dari rumah ibu ke faskes tidak dapat dijangkau, lagi lagi pelaksanaan kesehatan bagi ibu tidak akan maksimal . Dan masih banyak lagi masalah utamanya dalam hal pelaksanaan.
Sebenarnya program di indonesia untuk menurunkan AKI sudah cukup baik saya rasa. Namun permasalahan sebagian besar ada pada implementasinya ( klasik ya, programnya bagus . tidak diimbangi dengan pelaksaannya). Karena pada dasarnya masalah AKI merupakan masalah yang kompleks. Dalam penyelesaiannya tidak hanya mencakup satu bidang . Bagaimana masalah AKI ini bisa tuntas apabila rakyatnya saja masih miskin, pendidikan nya rendah. Kalaupun program dirancang begitu bagus , usaha pemerataan tenaga kesehatan di desa terpencil , pembangunan polindes di smua wilayah namun bila tidak didukung dengan sarana air bersih, listrik, distribusi obat dan alkes . Pelaksanaan pelayanan kesehatan ibu tidak akan maksimal . Misal lagi kalaupun prasarananya sudah sangat bagus bila transportasi tidak mendukung , dari rumah ibu ke faskes tidak dapat dijangkau, lagi lagi pelaksanaan kesehatan bagi ibu tidak akan maksimal . Dan masih banyak lagi masalah utamanya dalam hal pelaksanaan.
Untuk itu ada baiknya bila melihat
kesuksesan program penurunan AKI di negara lain ..Sebagai bahan referensi dan pembelajaran untuk penurunan AKI di
masa mendatang. Diantaranya kunci kesuksesan penurunan AKI di malaysia dan Sri
Langka. Berikut akan saya bahas satu persatu , mulai
dari malaysia keudian dilanjutkan Sri Langka.
Mengapa saya memilih malaysia sebagia
salah satu negara yang kebijakannnya dapat diadopsi guna perbaikan kesehatan
ibu di indonesia? Yang pertama karena kebudayaan di malaysia dan Indonesia hampir
sama. Merupakan negara yang masih serumpun yaitu rumpun melayu selanjutnya
dikarenakan pencapaiannya penurunan AKI yang drastis pada tahun 1970 sebesar
150/100.000 kelahiran hidup dan turun menjadi 30/100.000 kelahiran hidup pada
tahun 1995. Dan strategi yang dilakukan di malaysia secara umum menjawab
masalah yang ada di indonesia (masalah ekonomi dan pelayanan kesehatan ibu) .
Yaitu pesatnya pertumbuhan ekonomi serta berfungsinya fasilitas yankes secara
optimal serta hampir keseluruhan persalinan dilakukan di fasilitas kesehatan.
MALAYSIA
Strategi utama yang dijalankan
Malaysia antara lain Pengembangan pelayanan kesehatan pedesaan dan peningkatan
aksesibilitas terhadap pelayanan kesehatan ibu, peningkatan persalinan yang aman dan pengentasan kemiskinan. Untuk itu saya akan memaparkan satu persatu
tentang stategi penurunan KIA ini.
- Yang pertama adalah Pengembangan pelayanan kesehatan pedesaan dan peningkatan aksesibilitas terhadap pelayanan kesehatan ibu. Di negara ini pada tahun 1957 hanya terdapat 66 RS . 10 RS umum dan 56 rumah sakit daerah dan tidak terdapat pusat kesehatan. Namun pada tahun 1980 setiap desa sudah memiliki pusat kesehatan layanan primer. Yang didalamnya terdapat peningkatan jumlah tenaga terampil persalinan serta perbaikan akses meliputi sarana prasarana maupun akses pencapaian fasil kesehatan. Kesehatan layanan primer memang merupakan hal penting . Namun apabila pelaksanaannya tidak sesuai fungsi harfiahnya maka akan kurang memberikan dampak pada kesehatan masyarakat termasuk dampak terhadap kesehatan ibu. Hal ini yang terjadi di indonesia . Fungsi puskemas masih cenderung sebagai kuratif dan rehabilitatif, sedangkan fungsi sebenarnya sebuah layann primer adalah fungsinya sebagai promotif dan preventif.
- Persalinan yang aman .Peningkatan cakupan linakes meningkat signifikan (hampir 100%). Jumlah petugas yang terampil dari 1945-1995 dari 30% menjadi 90%.Persalinan oleh petugas terampil mengurangi MMR secara signifikan.
- pengentasan kemiskinan (menurut saya yang paling penting). Program percepatan penrtumbuhan ekonomi di malasia yaitu National Development Policy (NDP). Program ini menguntungkan masyarakat miskin dengan pemberian bantuan kepada orang miskin dari peningkatan pendapatan rumah tangga. Kemiskinan menurun dari 49,3% pada tahun 1970 menjadi sekitar 5,1% padatahun 2002. Penurununan ini signifikan dengan peningkatan status kesehatan masyarakat yang otomatis juga berdampak pada penurunan angka kematian ibu.
why srilangka?
Alasan saya memilih adaptasi program di srilangka karena selain pencapaian penuruna AKI yang baik , juga kesamaan dengan indonesia dalam beberapa hal seperti sistem pemerintahan yang dipimpin presiden, sistem kesehatannya terdesentralilsaasi, anggran untuk kesehatan yang tidak terlalu besar. Serta srilangka pernah mengalami beberapa masalah yang akhirnya bisa diatasi . Dan masalh itu merupakan masalah yang terjadi di Indonesia saat ini .
Sri Langka merupakan negara di Asia Selatan
dengan populasi sekitar 20 juta jiwa dan luas daerah 62.705 km2 terletak di Samudra India. Merupakan
negara demokratis dengan sistem parlemen yang dipimpin oleh presiden dan
memiliki 9 daerah administratif atau provinsi. istem kesehatan Sri Lanka
terdiri dari sektor publik dan swasta dan menggunakan sistem desentralisasi. Angka kematian Ibu di Sri Lanka juga
menunjukkan penurunan yang konsisten. Angka kematian ibu pada tahun 1990 adalah
91 per 100.000 kelahiran hidup dan menurun menjadi 73 kematian (tahun 1995), 59
(tahun 2000), 45 (tahun 2005) hingga 39 kematian pada tahun 2008 (Organization,
2010).
Berikut ini adalah gambaran secara
umum strategi apa saja yang diimplementasikan srilangka dalam menurunkan
AKI.
- Yang pertama adalah Pengoptimalan Pelayanan kesehatan serta perbaikan akses terahdap pelayanan kesehatan. Pelayanan kesehatan primer di Srilangka tersebar di seluruh daerah dan memiliki jaringan yang luas dan penggunaannya sangat tinggi dengan biaya yang rendah. Sejak dari tahun 1926, upaya kuratif dan preventif telah diintegrasikan di bawah satu insitusi pemerintah yaitu Medical and Sanitary Services. Dengan kata lain di Sri langka pelayanan primer sudah sangat tinggi aksesnya . ditambahlagi upaya kesehatan tidak melulu terkonsentrasi pada upaya kuratif , tapi juga sudah mengarah ke promotif prefentif (thats the point!). Hal ini yang masih belum sepenuhnya dapat dilakukan di indonesia saat ini .Perkembangan pelayanan kesehatan ibu dan anak sendiri di srilangka dimulai pada tahun 1879 dengan didirikannya De Siysa Lying in Home yang berfungsi untuk untuk pelatihan bidan. Tahun 1902, departemen kesehatan ibu dan anak didirikan di Colombo. Hingga pada tahun 1930 telah tersedianya 112 rumah sakit di semua 9 provinsi dan pada 1954 telah tersedia 11 rumah sakit yang menyediakan layanan khusus obstetri. Di Indonesia pun sudah diadakan kebijakan puskesmas PONED dan RS PONEK namun memang dalam pelaksanaannya lagi lagi belum maksimal. Mulai dari fassilitas , serta tenaga kesehatan yang tidak selalu ada. Agaknya program yang sudah bagus seperti ini dievaluasi secara kontinu dan bila ada kekurangan dan pelanggaran diberikan sangsi yang tegas.
- Selain pembentukan fasilitas atau unit kesehatan, di srilangka akses yang baik dipastikan melalui berbagai kebijakan dilakukan, termasuk; rumah tunggu bersalin pembangunan rumah sakit pedesaan serta pelatihan untuk bidan desa , dan hal ini telah dimulai dari tahun 1906. Proses kebijakan ini diteruskan hingga dibentuknya pemerintahan independen yang tetap menjaga keberlangsungan kebijakan pro pedesaan dan bidan desa, terlihat dari peningkatan rasio antara bidan dan populasi, yaitu hingga 1 dibanding 3000 (Maftuchan, 2013). Hal ini menjadi point penting juga yang dapat diimplementasikan di indonesia. Selain memperbaiki fasilitas keshatan sri langka juga tidak lupa memperbaiki akses. Dengan menyediakan rumah tunggu bersalin (ini briliant bgt ga sih?) salah satunya. Di Indonesia sendiri masalah akses menjadi salah satu kendala dimana tidak semua ibu akhirnya dapat bersalin di fasilitas kesehatan . Dikarenakan transportasi yang tidak memadai dan kondisi geografis Indonesia yang memang merupakan tantangan tersendiri
- Proteksi finansial untuk populasi pedesaan dan miskin telah dilakukan oleh pemerintah Sri Lanka . Proteksi finansial ini berhasil menurunkan kesenjangan ekonomi. Bentuknya adalah pemberian Layanan kesehatan gratis di seluruh Sri Lanka. Juga pemberian subsidi tambahan untuk keluarga miskin juga berlaku di Sri Lanka dan mencakup layanan komprehensif.
- Pemerintah Sri langka juga memperhatikan kondisi kesehatan pada populasi yang rentan, seperti kawasan india tamil, kawasan perkebunan. Adanya kewajiban rotasi atau kunjungan berkala dokter dan tenaga kesehatan masyarakat ke tempat rawan bencana dan rawan rendah kesehatan.Adanya kebijakan khusus lain yaitu perbaikan sistem rujukan, transportasi serta peningkatkan kemampuan bidan untuk daerah bersangkutan. Dan uniknya lagi selain sistem nya diperbaiki serta fasilitas diperlengkap, tenga kesehatan dilatih , masyarakat juga diberdayakan. Srilangka melakukan upaya pemberdayaan wanita di daerah perindustrian dalam upaya pendokumentasian.
- Tidak berhenti di situ sri langka melakukan upaya penurunan AKI dengan kegiatan yang menyuluruh. Selain hal tersebut diatas sri langka juga mengatasi masalah lain yang berkontribusi besar terhadap kematian di populasi. Seperti pemberantasan malaria, malnutrisi, dan penyakit menular .serta tidak luput dari perhatian pemerintah Sri Langka yaitu penurunan angka fertilitas. Pada tahun 1975, program KB berkontribusi terhadap hampir 75% penurunan fertilitas
- upaya terakhir adalah perbaikan dalam sektor pendidikan. Kebijakan pendidikan Sri Lanka menegaskan dua hal penting yang kemudian berpengaruh terhadap kesehatan ibu dan anak, yaitu: (1) bahwa pendidikan universal bersifat wajib, dan (2) wanita berhak dan harus mendapat pendidikan modern (Wijemanne, 1976). (Maftuchan, 2013). Kebijakan ini berdampak pada hampir seimbangnya angka literasi antara wanita dan pria di Sri Lanka. Pendidikan sendiri menjadi masalah penting di indonesia. Pendidikan yang rendah menjadi salah satu latar belakang terhambatnya wanita dalam hak reproduksinya. Ibu tidak bebas menentukan kapan ia akan hamil, berapa anak yang dimiliki, akan bersalin di mana , bersedia di rujuk atau tidak bila ada komplikasi, hak memilih KB dan masih banyak lagi.
Jadi dapat ditarik kesimpulan Baik
malaysia maupun Sri lanka mencapai keberhasilan penurunan AKI dengan program
yang baik , implementasi yang benar, program yang dijalankan secara kontinyu
serta perhatian terhadap masalah kesehatan secara menyeluruh . Bukan dari segi
kesehatan saja . Namun juga dari segi ekonomi serta pendidikan. Karena
kesehatan tidak bisa dicapai mutlak dengan hanya memperbaiki sistem kesehatan
di suatu engara. Tapi harus diperbaiki bersamaan dengan taraf pendidikan dan
ekonomi masyarakatnya.
Program di Indonesia sudah cukup baik
saya rasa , namun dalam implementasinya belum merata . pencapaian di beberapa
daerah mungkin sudah bagus , namun tidak merata di semua daerah. Ditambah lagi
masalah dasar dari masyarakatnya sendiri belum terselesaikan. Yaitu masalah
pendidikan dan kemisinan . serta peran masyarakat itu sendiri . dalam menyadari
bahwa kesehatan merupakan hak mereka, dan akan tercapai bila masyarakat, dan
pemerintah saling bekerja sama .
Jadi program yang sudah bagus seperti
adanya pelayanan primer (PKM) terus diperbaiki dan dikembalikan fungsi dasarnya
, bukan hanya upaya kuratif tapi preventif dan promotif. Seperti yang ada di
Malaysia dan SriLangka. Kemudian adanya PONEK dan PONEK untuk terus dievaluasi
dalam pelaksanaanya .Kemudian perlu adanya perhatian khusus didaerah rawan
seperti yang ada di Srilangka. Mengingat wilayah indonesia sngat luas perlu
adanya pemerataan pelayanan, serta fasilitas kesehatan di daerah daerah
terpencil. Serta perlunya kerja sama antar sektor utamanya ekonomi dan
pendidikan.
No comments:
Post a Comment